Entri Populer

Senin, 28 Februari 2011

belaian bunda yang aku rindukan

Aku duduk termenung ditengah keramaian kota. Hanya memandangi kendaraan yang berlalu lalang, duduk di bawah kerlipan bintang. Hanya ditemani boneka mickyku yang sudah usang dan kotor karena debu dan tanah. Selama ini hanya boneka mickyku yang setia menemaniku di pinggiran jalan,dia rela usang dan kotor hanya demi aku. Malam ini, dia masih setia menemaniku di daerah kumuh. Aku masih memandangi langit, tampak bintang berkelipan meramaikan suasana malam yang cerah ini. Aku terisak mengingat kenangan indah saat bersama bunda.“ bunda, apakah kau lihat anakmu yang kumuh ini, rambut usang yang tak pernah kau sisir lagi. Kulit hitam yang tak pernah tersentuh lagi oleh perawatanmu. Aku yang sekarang bodoh karena tak pernah mendapat ilmu. Aku rindu bunda. Aku rindu saat bunda belai aku,saat bunda dongengkan aku sebelum tidur,saat bunda sayangi aku. Kini anakmu yang malang ini merana karena dera kehidupan yang kejam.”Bintang-bintang yang berkelip seketika redup. Mungkin mereka ikut merasakan pahitnya hidupku ini. Mungkin juga mereka ikut menangis menahan sesaknya hidup yang kejam ini. Sungguh aku rindu bunda.                                                          Angin berhembus pelan,menggoyangkan khorden kamarku. Malam ini terasa begitu indah. Bunda kembali mendongengkan seribu ceritanya sebelum aku tertidur. Belaian lembut tangannya menyentuh ujung rambutku. Kecupan manjanya menyentuh keningku. Aku masih mendengarnya penuh seksama.“ seorang putri yang cantik jelita kini tumbuh dewasa. Putri yang baik, putri yang santun dan dermawan . putri yang selalu sabar dengan musibah yang  menimpanya. Putri yang tidak pernah sombong dengan kehidupannya yang sempurna.”“ andini ingin seperti putri dalam dongeng ini bunda.”“ andini ingin seperti putri dalam dongeng ini?”“ iya. Andini ingin hidup bahagia seperti putri dongeng ini. Putri yang tak pernah sombong.”“ asal kamu tahu sayang,” bunda membelai lembut rambutku” putri dalam dongeng ini adalah kamu sayang. Kelak kamu akan hidup bahagia.”Malam ini benar-benar indah saat bersamanya. Malam penuh kasih sayang. Akupun terlelap dalam pangkuan dan belaian lembutnya.                                           Pagi ini cerah sekali. Secerah wajahku yang cantik. Aku menyiapkan segala perlengkapan sekolahku, bunda masih sibuk mengurus ayah. “ ah, ayah sudah besar kenapa harus bunda yang memakaikan dasi untuk ayah?’“ ye. Andini iri ya sama ayah?”“ engak ah.”Bunda hanya tersenyum tipis melihat aku yang ngotot mempertahankan prinsipku.“bunda, andin berangkat dulu yah” aku mencium tangan dan kening bunda. Ini ritualku sebelum berangkat sekolah.Ayahpun ikut mengecup kening bunda bahkan bundapun juga mencium tangan ayah.Aku tak tahu apa maksud itu. Mungkin karena aku masih terlalu kecil untuk mengerti semua urusan orang dewasa.Aku berlari meninggalkannya. Ayah selalu mengatntarkanku ke sekolah sesibuk apapun itu.  Melihat sekeliling jalan, tampak anak-anak jalanan yang usang dan kotor berdiri dipinggirin jalan meminta-minta. Sungguh kasihan aku melihatnya.“ayah, andin tak ingin seperti mereka yang mengemis.”Ayah hanya tersenyum tipis mendengar aduanku. Dibelainya lembut kepalaku yang berbalut kerudung biru muda. “selagi ALLAH masih menyayangi andin itu tak akan terjadi sayang, dan selagi ayah sama bunda bersamamu.”Aku tersenyum lebar ke arahnya“berarti jika ALLAH tak lagi sayang andin, ALLAH akan menelantarkan andin begitu saja yah?”Ayah kembali tersenyum, menggeleng.“ ALLAH MAHA Pengasih andin, ALLAH tak mungkin menyengsarakan hambaNYA.”Aku menganguk, itu tanda aku memahami semuanya.“ belajar yang rajin sayang. Nanti ayah jemput setelah ayah selesai kerja.” Di kecupnya keningku penuh kasih sayang.Aku lambaikan tanganku kearahnya. Aku benar-benar menyayangi mereka.                                                     Siang itu perasaanku kacau, entah mengapa butiran bening ini tiba-tiba membasahi pipiku. Benar-benar peristiwa yang tidak pernah aku inginkan. Bunda jatuh sakit dan sekarang koma.Aku kembali terisak melihat tubuh bunda yang terkulai lemas di atas ranjang rumah sakit. Aku tak ingin melihatnya sakit. Wajahnya pucat sekali, dan baru kali ini aku merasa sedih karena bunda. Aku sayang bunda dan aku ingin selalu menemani bunda disini tak ingin meninggalkannya sendiri dalam kesakitan dan kesedihannya.  Karena selama ini bunda tak pernah meninggalkanku bunda selalu menyayangiku. “bunda, andin rindu bunda. Andin kangen belaian dan kecupan kasih sayang bunda. Andin kangen dongeng bunda yang setiap malam bunda lakukan sebelum andin tidur. Bunda ayolah bangun, andin tidak bisa melihat bunda seperti ini terus.”Aku kembali terisak. Ayah menenagkan aku, dan mengajakku pulang ke rumah.“ andin sayang, kita pulang yuk. Kan dari kemarin andin sudah jagain bunda jadi sekarang andin istirahat saja di rumah, biar andin  tidak sakit.”Namun aku menggelengkan kepala. Tak ingin jauh dari bunda. Ayah tetap membujukku agar aku istirahat di rumah.“andin sayang, andin berdo’a saja sama ALLAH, meminta kesembuhan untuk bunda. Andin sayang bundakan??”Aku hanya mengangguk pelan, kali ini aku dengar perkataan ayah. Menuruti untuk pulang kerumah.“ ayah yang akan jaga bunda di sini,nanti kalau bunda sudah sadar ayah kasih tahu andin.Sekarang andin pulang yah. Jangan lupa makan sama istirahat yang cukup.Aku hanya mengangguk. Melangkah meninggalkan bunda. Hanya bisa bicara dengan batinku sendiri,terasa sesak. Sesampai dirumah aku rebahkan badanku diatas ranjang yang penuh kenagan dengan bunda.Hari-hariku semakin muram dengan kesedihan. Sudah hampir satu bulan bunda tak kunjung sadar. Aku rutin menemaninya di rumah sakit setelah pulang sekolah. Ayah juga mengambil cuti untuk selalu menjaga bunda. Aku benar-benar rindu dengannya. Kapan aku bisa bersua denganngya lagi?.Bahkan ketika umurku menginjak Sembilan tahun, bunda masih tak sadarkan diri. Seharusnya waktu itu aku bahagia merayakannya dengan ayah dan bunda, tetapi justru sebaliknya. Ayah hanya memberikanku sebuah buku yang menarik. pagi itu aku hanya bisa menatapnya kelu. Bunda tak bisa apa-apa sekarang. Hanya terdiam mugkin menahan sakit yang sangat sakit untuk dirasakan. “bunda andin benar-benar rindu bunda. Kapan bunda sembuh? Padahal setiap kali andin berdo’a untuk kesembuhan bunda pada ALLAH.” Aku kembali terisak, ayah menatapku dengan tatapan kosong mungkin sedih juga melihat aku yang selalu berharap bunda sembuh.Tiba-tiba, jari bunda bergerak pelan, aku terdiam melihat keajaiban itu.“ayah, lihat jari bunda bergerak, apakah itu tandanya bunda sadarkan diri?”Ayah bergegas memanggil dokter. Ini benar-benar keajaiban untuk bunda. “bunda ini andin, andin kangen bunda.”Bunda membelai lembut wajahku, mungkin ingin menyapaku setelah satu bulan tak bersua. Aku pegang erat tangannya yang semakin keriput dan tak berdaging itu. Tersenyum lebar untuk menyambutnya. Ayah ikut bahagia melihatnya“an,,,,,,din,,” dengan terbata-bata bunda memanggil namaku“ iya bunda, apa yang hendak bunda katakan?’“bun,,,d,a s,,,ayang and,,in”Aku menagis melihat perjuagan bunda untuk mengucapkan kata-kata untukku.“andin juga sayang bunda, nanti kalau bunda sudah sembuh, andin akan cerita banyak sama bunda. Andin janji deh.”“ an,,din jangan nakal ya sayang, patuhi ayah, sayangi ayah. Andin akan menjadi anak yang baik suatu saat nanti.”Aku tak mengerti maksud perkataan bunda barusan, pertanda apakah itu?“ ayah, jaga anak kita ya ayah. Bunda selalu cinta ayah. Maafkan semua kesalahan bunda selama ini.”“bunda. Bunda harus kuat. Ayah juga cinta bunda. Ayah akan menjaga dan menyayangi anak kita bun. Tapi bunda janji, bunda harus kembali lagi ke rumah.”Belum sempat aku bicara banyak dengan bunda, nafas terakhir sudah berhembus pelan.“la’ila,,,,haillallah….”“bunda….!!!!!!!!”Aku menagis. Bunda yang aku sayangi kini telah tiada. Telah meninggalkan aku dan ayah sendiri untuk selamanya. Ayah mendekap erat tubuhku mungkin ingin menguatkan hatiku.Namu ini terasa begitu menyakitkan. Umurku baru menginjak Sembilan tahun dan aku kini tak lagi mempunyai bunda yang akan menyayangiku lagi, tak akan ada lagi belaian lembut itu tak akan ada lagi kecupan kasih sayang itu dan tak akan ada lagi dongeng sebelum tidur. Aku benar-benar kehilangan bunda. Siang ini jenazah bunda dimakamkan, aku masih belum bisa menerima kenyataan hidup yang begitu pahit dan kejam ini. Siapa yang akan menyayangiku lagi kalau bunda sudah tak ada? Tak kuasa melihat bunda dikuburkan. Dengan siapakah bunda disana?                                                   Aku terperanjat ketika menyadari bahwa semua itu hanya mimpi masa lalu. Aku kembali meneteskan air mata untuk kesekian kalinya. “ bunda lihatlah aku, aku yang kumuh. Aku tidak bisa menjadi putri dalam dongengmu itu. Aku tak cantik sesuai ceritamu. Ayahpun tak lagi sayangiku bunda. Bahkan ayah tak peduli kemanapun aku pergi. Selama aku diusir dari rumah oleh ibu tiriku ayah tak pernah mencari aku. Bunda apakah dengar aduanku, kini aku hanya bisa tidur beralaskan kardus dan beratapkan langit. Makan yang takbergizi dan secukupnya. Bahkan aku pernah berfikir aku akan mati kelaparan. Aku kini benar-benar merasakan pahitnya hidup. Padahal dulu aku tidak mengharapkan untuk hidup seperti ini. Bunda,aku rindu bunda  aku sayang bunda. Kini usiaku menginjak duabelas tahun dan sudah satu tahun ini aku tinggal dijalanan. Bunda apakah ALLAH membenciku? Aku masih teringat saat aku mengadu pada ayah tentang mereka anak jalanan, dan kata ayah, aku tidak akan seperti mereka selagi ayah dan bunda di samping andin dan selagi ALLAH masih menyayangi andin. Berarti ALLAH sekarang membenciku bunda?Bunda aku mengharapkan bunda masih bisa hadir mengisi kesedihan dan kesepian andin. Andin kan janji akan cerita banyak pada bunda.”Air mata ini mengalir semakin deras bak air yang mengalir begitu saja. Aku putuskan hari ini untuk menjenguk makam bunda dan membersihkannya. Sudah tiga tahun ini aku tak berkunjung menjenguknya. Aku benar-benar gadis yang malang. Apakah ayah sudah lupa dengan diriku? Apakah ayah tak lagi sayangi aku?. Aku tak berani masuk ke dalam, hanya memandangi dari luar. Takut jika ibu galak itu mencekik leherku. Dalam hitungan detik, mobil ayah melintas di depanku mungkin ayah benar-benar sudah tak mengenaliku lagi. Hanya memberi uang lima ribuan lantas terburu pergi. Terasa begitu sakit hati ini. “ ayah ini anakmu, aku datang kesini bukan untuk mengemis padamu. Tapi karena aku rindu kamu ayah. Aku anakmu yang dulu kau ajari segalanya. Apakah kau lupa?”Aku terduduk lemas di pintu gerbang hanya bisa melihatnya dari jauh.  Sakit ayah. Perih. Kau hina anakmu sendiri di depan wanita tua jelek itu. Kau juga sudah menghianati janji bunda untuk selalu merawat dan menyayangiku. Mana janji itu ayah?Semua berlalu begitu saja. Aku sendiri dalam kesedihan tak ada yang peduli. Mungkin bunda menagis menyaksikan aku hidup dalam kesengsaraan. Bunda jemputlah aku agar aku bisa selalu dalam kasih sayangmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar